Sabtu, 14 Desember 2013

hujan tanggal 13 (bag. 2)

masih ingat akan hujan yang mengguyur kita di hari minggu, tanggal 13 Oktober tahun 2013 lalu di daerah Bogor?
titik-titik air itu perlahan membasahi.
titik-titik air itupun memberi arti.
bulan berikutnya, di tanggal yang sama, tertulis sudah kata "rindu".
terurai manis tanpa pernah sampai kepada ia-yang-seharusnya-tahu.
dan di bulan berikutnya lagi, pula di tanggal yang sama, kembali aku ingin membahasakan rintikan hujan yang jatuh di atas atap semalam.
hampir seharian penuh aku menunggu curahan air itu membasahi bumi.
harapanku tunai.
hujan yang kutunggu tepat jatuh pukul 23.20, di tanggal 13.
entah, hujan yang hampir terlambat ini seperti membawa satu pesan khusus: penantianmu pun akan tetap datang, meski kamu menilainya hampir terlambat.
entah apapun itu, aku percaya segala sesuatunya baik.
Tuhan tahu apa yang terbaik.
aku cukup membawa semua dalam doa, dan kembali belajar sabar dalam menunggu.

aku menunggu mu untuk menjelaskan segala sesuatu yang kamu "keep" selama ini..
bicara langsung di hadapanku.
tanggalkan keabsurdan mu yang selama ini melekat dan seriuslah.
aku siap.

masih ingat tempat ini? :p


Kamis, 12 Desember 2013

saya rindu sekali

saya rindu dengan banyak hal. ya, malam ini.
tiba-tiba sekali.
saya rindu kamu.
saya rindu mereka.
saya rindu dia.
saya rindu saya.
saya rindu saat kamu dan saya ada di suatu tempat, hanya berdua saja.
saya rindu mereka, di mana saya menghabiskan banyak canda serta tangis bersama.
saya rindu dia yang sekarang entah berbaring lelap di mana.
saya rindu saya yang saat-saat itu menghabiskan hidup saya bersama kamu, mereka, dia, dan saya sendiri.
saya rindu.
rindu sekali.

Rabu, 13 November 2013

hujan tanggal 13

sepertinya tanggal 13 dan hujan memang punya sejenis satu sihir khusus.
sebulan yang lalu, tepat di tanggal yang sama, kami bertemu.
saat itu pun sedang hujan, walau tidak lebat, tapi sanggup bikin basah.
hujan yang spesial.
hujan yang manis.
hujan yang turun di tanggal 13.

hari ini tepat tanggal 13. dan pula hari hujan.
tepat sekali.
ah, hujan.. sebegini maniskah romansa yang kau bawa?
takjub hati dibuatnya.
tapi sekali lagi, diri tak bisa berbuat apa-apa.
hanya sanggup merindu tanpa bisa berkata.
andai ia tahu, ada satu "miss you" yang tertahan di ujung lidah.
dan mungkin hanya bisa sampai lewat doa.

andai ia tahu, hati dan diri begitu mengasihinya.
andai ia tahu, tawanya saat itu meninggalkan jejak di benak.
andai ia tahu, bahwa rindu tak bisa ditolak.

andai saja, ia tahu..


Selasa, 05 November 2013

hasil pemikiran libur sehari

hahahah, cuma mau janji satu hal sama diri sendiri dan seseorang: nggak mau asal nanya-nanya lagi.

you can keep my words, bro!

:')

Sabtu, 02 November 2013

tolong...

berdosa - mengaku - minta ampun - kembali lagi pada-Nya - berdosa lagi - mengaku lagi - minta ampun lagi - kembali lagi pada-Nya - kembali melakukan dosa - kembali mengakui - kembali minta ampun - duduk damai dihadapan-Nya - tapi lagi-lagi melakukan dosa...
begitu seterusnya.
hidup macam apa ini?
memangnya Tuhan tidak merasa dipermainkan?
kamu tidak merasa mempermainkan Tuhan?
kamu tidak merasa tidak enak?
dan kamu masih berani-berani memunculkan wajahmu di hadapan-Nya?
masih berani membaca kitab-Nya?
masih berani dengan lantang bernyanyi bagi-Nya?
kamu munafik!

baiklah... saya diintimidasi oleh iblis (atau mungkin diri saya sendiri).
hahaha saya menyalahkan iblis. atau...
saya tidak mengerti.
saya kembali hilang arah, untuk kesekian kali.
hahaha intimidasi yang entah datang dari mana inipun semakin menekan.
membuat saya malu,
dan kemudian...
menghindari-Mu.

jemput aku. 
tolong...
sekali lagi, jemput aku...
aku belum mau mati dalam gelap!
aku takut.
tolong aku...
Tuhan, tolong...

Minggu, 27 Oktober 2013

kalo udah begini, aku bisa apa?

aku nggak mau suka dulu, tapi ternyata aku suka.

aku nggak mau melayang dulu, tapi ternyata aku udah terbang.

aku nggak mau deket dulu, tapi ternyata udah numbuh rasa.

aku nggak mau berantakan (lagi) dulu, tapi ternyata udah berkeping-keping lagi.

yaudah deh, aku makan aja.

bentar lagi abang siomay dateng.

sorean dikit mbak bubur sumsum lewat.

agak malem mas mie ayam dorong gerobak.

aku buang uang, supaya perutku penuh, dan nggak mikirin kamu lagi.

bulan depan, uangku tinggal pattimura.

nggak papa, yang penting kamu binasa.

:)

Jumat, 25 Oktober 2013

dan Tuhan masih terlalu sayang :)

malam ini, entah ada angin apa, gue cerita sama KK gue tentang apa yang terjadi sama gue selama hampir sebulan ini kita nggak ketemu. isi curhatnya random banget, se-random muka gue. tapi yaudah gapapa, pkk gue ini tetep pengertian dan masih dengan baik hatinya mengingatkan gue tentang keadaan hati gue yang masih rapuh (tsaaah, rapuh).
oke, setelah cerita panjang lebar tinggi dan dalam disertai emoji-emoji line yang bikin ngakak padahal curhatannya sedih, si mbak pkk yang gue samarkan namanya jadi mbak Atik ini (iya, gue bodoh memang) ngasih petuah begini (sekalian dilampirin potongan chatnya aja ya):
yap, setelah diingatkan dan (otak) gue kembali beres, akhirnya gue memutuskan untuk bertarung emoji lagi. nggak perlu dilampirin karena geli ngeliatnya. sip.
lanzut, setelah gue bersenang-senang beberapa saat, kemudian ada satu suara yang entah gimana ceritanya gue yakin itu suara dari dalem hati gue. bahasa tagalognya: intuisi. intuisi gue ini cuma bilang "coba kepoin doi. kepoin dooong, plis kepoin. ya ya ya, kepoin yaa :')" gitu.
yaudah, akhirnya gue turutin kemauan si intuisi dengan ngepoin dirinya.
anyway, siapakah "dirinya" itu? lahaciyaa~ (iya, gue minta ditabok banget ini, pake bumerang).
ternyata eh ternyata, setelah gue melakukan kepo singkat, hahaha, sekali lagi ah HAHAHAH gue menemukan sesuatu. sesuatu yang pada akhirnya menampar gue dengan keras tapi halus. rasanya sakit, tapi tujuannya baik. gitu lah kira-kira. ternyata gue tau dirinya seperti itu, dan entahlah, gue kurang bisa terima aja. dan kemudian gue kecewa. dan kemudian gue nyesek. dan kemudian minum anta*gin (lah, kenapa jadi masup angin). sesuai motto kepo: sehabis kepo, terbitlah galau. yak, dan gue galau. tapi nggak lama, cuma semenit (boong, jangan percaya. gue kalo galau bisa sampe semenit lebih 20,2478246386837429 detik).
dari kegalauan itu gue mikir, tadi gue bilang mau "bebenah hati dulu" tapi apa yang gue lakukan justru malah "tambah merusak hati gue". gue yakin, Tuhan tau. Tuhan denger. Tuhan catet (ternyata Tuhan rajin nyatet. nyatet keluhan gue. betapa perhatiannya Dia :'))
simply, Tuhan cuma mau bilang, "hati-hati, kalo ananda memang ingin hati anada cepat membaik, maka hindarilah apa yang menurut ananda hanya rasa bahagia sesaat namun nantinya melukai berkepanjangan. coba lihat ke dalam hati ananda, itu hatinya masih ngeres sekali. jangan sekali-sekali memasukkan orang lain ke dalam hati ananda yang masih kotor dan belum disapu itu, kalau tidak mau penghuni selanjutnya pergi begitu saja karena 'rumahnya' kotor. mari sini, mendekat ke Ayahanda, Ayahanda bantu bersihkan ya, Ayahanda bantu pulihkan yang rusak. kalau nanti rusaknya parah, Ayahanda gantikan yang baru, yang lebih kuat. Ayahanda sayang sekali ananda. tersenyum, ya nak."
manis banget emang Bokap gue yang satu ini. ah pengen peluk-peluk manja rasanya.
see?! gue kalo galau nggak lama, setelah inget betapa gue disayang-Nya banget, perlahan gue membaik.
and i don't know how to say "thank you" to Him. as usual. mungkin gue cuma bisa bilang "makasih" aja.
terima kasih Tuhan, buat perhatian-Mu yang nggak pernah terlewat biar sekedip mataku memejam.
terima kasih Bapa, buat kasih-Mu yang nggak pernah ninggalin jiwa ragaku biar sehela aku bernapas.
terima kasih Allah, buat kesetiaan-Mu yang tiada batas, yang tiada pernah bisa terselami, dan yang tiada pernah bisa tergantikan.
dan...terima kasih buat sayang-Mu yang "keterlaluan", biar terus merasa dibanjiri aku tiap dekat dengan-Mu, dan merasa haus aku tiap jauh dari-Mu.

:)

Sabtu, 19 Oktober 2013

"semester 5? alhamdulillah.."

si mbah : sudah kuliah tah? semester berapa sekarang, nduk?
gue        : semester lima, mbah..
si mbah : semester lima? alhamdulillah...

percakapan singkat di atas terjadi baru aja kemarin malam, di rumah sepupu yang mau nikah, daerah Cibinong, Bogor.
ya memang sesingkat itu percakapan gue dengan seorang kakek (yang gue yakin banget masih ada hubungan sodara, walaupun sodara jauh sama gue), tapi efek kepikirannya jangka panjang.
sepulang dari sana, gue mikirin isi percakapan itu. stuck di kata-kata "semester lima? alhamdulillah.."
Syukur kepada Allah, satu ungkapan terima kasih, satu ungkapan bahagia, satu ungkapan sukacita.
ya, syukur kepada Allah saat ini gue udah sampe di semester lima.
syukur kepada Allah ternyata gue udah mengarungi separo perjalanan kuliah gue.
syukur kepada Allah puluhan mata kuliah sudah selesai gue ambil,
syukur kepada Allah belum ada mata kuliah yang harus diulang.
syukur kepada Allah ratusan sks sudah gue tunaikan. 
syukur kepada Allah ratusan tugas sudah sampe semua ke tangan dosennya.
syukur kepada Allah masih punya temen yang kece dan bisa dipercaya.
syukur kepada Allah semua masih di dalam kendali..
ucapan syukur seharusnya mendominasi berjalannya hidup gue. emang kuliah gue itu enggak gampang, tapi bukan berarti dengan begitu gue cuma bisa ngeluh dan nggak mensyukuri apa yang udah di kasih Tuhan.
terkadang gue lupa kalo ternyata gue udah dituntun-Nya sampe sejauh ini. lupa kalo tanpa-Nya, gue nggak akan pernah nyentuh semester lima. lupa kalo gue seharunya banyak ngucapin "terima kasih" dibanding "aduh...".

bersyukur lebih banyak, nggak akan pernah ada ruginya. masih akan ada tiga semester lagi yang harus dihadapi. semoga masih diberi kuat, dijaga, dan dipelihara oleh-Nya setiap waktu.

dan semoga pas wisuda nanti, udah ada yang nemenin ortu dan adek ke balairung, biar kesannya nggak kayak orang lagi ngambil rapor *kode ke Tuhan* *lah**aminin aja*

Syukur kepada Allah.

Rabu, 16 Oktober 2013

(maunya sih) damai

kamu tau nggak? sekarang aku udah setengah damai. hati aku udah plong, tapi aku ngerasa hubunganku ke kamu belum plong.
aku mau damaiku balik sepenuhnya. aku mau hatiku plong dan hubunganku ke kamu juga plong.
udah, nggak usah lagi ngomongin "ini salah siapa", karena nggak ada juga yang harus disalahin.
sejujurnya aku malu sih. aku pernah janji untuk nggak jauhin atau diemin kamu, tapi ternyata aku ingkarin gitu aja.
apa ya? mungkin kamu dalam hati cuma akan bilang "ya bodo amat" atau "yaudah sih, orang gue udah nggak ngerasa gimana-gimana juga". well, itu terserah kamu. aku nggak akan minta kamu untuk nggak berpikir kayak gimanapun kamu mau mikir.
aku cuma mau bilang, aku mau ikhlasin yang dulu pernah ada. aku mau kita temenan kayak dulu lagi, kayak biasanya lagi.
buat kamu mungkin ini nothing, tapi buat aku ini everything.
aku mau balik ke aku yang bisa ngerasa damai sepenuhnya.
dulu, sebelum aku kenal kamu, aku ngerasa damai.
setelah aku kenal kamu rasanya super damai
 dan ketika aku punya sedikit kesempatan milikin kamu, aku ngerasa lebih dari sekedar damai.
dan ketika itu semua runtuh, damainya juga hilang.
berbulan-bulan hidup nggak damai bikin aku muak.
aku mau damai ku balik.
tapi bukan berarti aku jadi harus nggak kenal lagi sama kamu,
setidaknya, aku cuma mau saat kita ketemu, yang terjadi bukan saling buang muka atau nggak saling nyapa, tapi ada senyum di sana.
terlebih kalo kita bisa ngobrol, bercanda, bahkan curhat-curhatan lagi.
ah, semoga bukan cuma mimpi doang, ya.

jadi, kamu bisa bantuin aku buat dapetin damai ku lagi kan? :)

Senin, 14 Oktober 2013

sakit hati? no more!

if it's broken- replace with the new one. no wonder there's a lot of broken hearted people lately. we don't use to repair things.. (Fatima Alkaff)


yep! setuju banget sama quote diatas karena keseluruhan kalimatnya gue banget. hari gini, siapa sih yang nggak pernah ngerasain sakit hati? siapa coba? semua orang yang pernah hidup dan bermasyarakat, pastilah pernah ngerasa sakit hati sama orang lain.
gue lumayan banyak denger cerita-cerita anak muda jaman sekarang yang hidup nggak jauh-jauh dari gue. entah selingkaran temen, sodara, atau temennya temen, atau temennya sodara, atau siapapun itu yang temen atau sodara gue ceritain ke gue. banyak dari mereka yang (kalo gue boleh menilai) nggak sayang sama diri mereka sendiri. nggak perhatian sama hati mereka sendiri. dan terlalu ketakutan buat menepi, sekedar buat bebenah hati. dari cerita yang gue dengar, kebanyakan dari anak muda itu setelah putus dari pacarnya, nggak pake waktu lama, langsung mulai hubungan dengan orang yang baru (yang kalo menurut gue, itu sakit hati masih dalem banget terasanya). tanpa mereka sadari bahwa kesakithatian mereka itu bisa jadi bom waktu yang setiap saat bisa meledug. gue tau mereka juga hancur, tapi mereka (kayaknya) nggak terlalu peduli dengan kehancuran itu dan lebih memilih untuk mencari sesuatu atau seseorang untuk men-distract perhatian dan sakit hati mereka terhadap mantan. buat gue, itu sesuatu yang nggak baik. simple, kalo tangan lu keiris pisau dan luka, pasti lu akan berusaha buat ngobatin dan nyembuhin jari lu itu dulu kan, dan bukan lanjut ngiris-ngiris lagi. yang ada, darah masih akan ngucur dari luka itu dan akan jadi makin sakit. sama kok kayak perasaan atau hati, kalo sakit ya disembuhin dulu, baru mulai ngerasaan lagi. dan ketika cerita-cerita itu datang lagi ke gue, ya nggak jauh-jauh, lagi-lagi mereka jatuh dalam kesakithatiannya. lagi-lagi ngerasa disakitin. ngerasa kalo pasangannya breng***, jahat, pk, atau apapun itu lah. begitu terus selama berulang-ulang. bisa dibilang kalo mereka nggak sembuh. dan hal itu malah jadiin mereka lebih sakit hati lagi, dan terus begitu. tinggal tunggu deh kapan meledaknya.
gue sebagai seorang manusia normal pun pernah kok sakit hati. dari mulai hal yang simple dan bisa hilang cuma dalam hitungan jam, atau bahkan pernah sakit hati parah yang sampe bertahun-tahun nggak ilang.
gue mau sedikit share tentang pengalaman gue sakit hati dalam konteks asmara (cielaaah, asmara. pret). yup, gue juga pernah tuh ngalamin yang namanya jatuh cinta, sayang sama seorang lawan jenis, dan kemudian patah hati. nggak cuma sekali, tapi ya nggak berkali-kali banget sih. itungan jari lah yang serius ngerasain mah. gue juga pernah kok ngerasain yang namanya putus, galau lah, sedih, cemburu, bahkan benci pernah gue rasain. tapi, entah kenapa gue ngerasa efek kesakithatian gue itu nggak cuma sebulan dua bulan aja, tapi sampe hampir lima bulan. yep, gue menyimpan akar kepahitan itu erat-erat. sampe pada akhirnya, gue memutuskan untuk melepas dan membuang segala kepahitan yang gue simpen sebagai buah sakit hatinya gue sama si mantan ini. susah. lama. dan jauh lebih sakit. tapi gue coba bertahan. gue juga berusaha menghadapi. gue nggak lari dari kesakitan itu. bahkan gue masih bisa ngeliat dan ngasih senyum ke si mantan setelah gue memutuskan buat berhenti total nge-benci doi. denial? sometimes. gue juga nggak mau munafik kok dengan bilang kalo itu semua tulus. at the first time, it being so much hard to do. dan setelah gue pikir-pikir lebih lanjut, denying itu salah ternyata. you can't completely cured with denying, but simply forgive and feel the pain before you let "it" go. setelah ngerasain krenyes-krenyes sakit hatinya, yang harus lu lakuin cuma maafin dia yang udah bikin hati lu jadi berkeping-keping dan... ikhlasin apapun yang pernah terjadi. let it go. let it fly away. setiap hari gue coba buat ikhlas. dan satu hal, gue terus konsentrasi sama diri gue sendiri. memberi lebih banyak ke diri gue. memperhatikan lebih sering ke dalam hati. dan tentunya gue berusaha buat maafin dan nerima lagi diri gue yang hancur berantakan itu. dan selama gue berkonsentrasi, gue bener-bener ngelakuin itu cuma sama diri gue sendiri dan Bokap. dan bersyukurnya, gue banyak disupport sama sahabat-sahabat gue yang ngerti gimana keadaan gue.
selama gue bebenah diri serta hati (yang kalo nggak salah makan waktu selama setahun lebih), I'm pretty sure not looking for another guy. not for some "move on" things, not also a guy that can distract me from my ex. i was focusing on my self. gue cuma mau sembuh. gue berusaha sembuh. dan tanpa adanya "that another guy" gue bener-bener bisa sembuh total. udah nggak ada lagi yang namanya nyesek-nyesekan pas denger namanya disebut. udah nggak ada lagi yang namanya benci pas liat mukanya. udah nggak ada lagi sisa-sisa kesakithatian itu. hilang total. and now, it's not a denial anymore. it's true. dan gue berani jamin buat nggak masukkin embel-embel masa lalu gue itu ke dalam hubungan gue yang baru, ketika nanti gue diizinin untuk punya seorang calon pasangan hidup.
well, last but not least, coba sembuhin hati dan diri dulu sebelum mulai merasakan lagi. nggak rugi kok nyembuhin diri dan hati sebelum memulai lagi. justru lu akan ngerasa lebih siap dan lebih bebas untuk ngerasa jatuh cinta lagi, tanpa bayang-bayang masa lalu yang menghantui.
mau bilang "ya itu kan elu Yu/Res. jangan sama-samain dong." yah, yang namanya sakit hati itu titiknya sama: di hati. yang diserang sama: perasaan. yang dibutuhin supaya nggak jadi korban lagi: sembuh.
emang nggak gampang, tapi kalo mau usaha, ngana-ngana semua pasti bisa.
and one more thing: NO MORE DENYING.
selamat mencintai! :)

nggak setengah-setengah!

seseorang berhasil membuatku hampir meneteskan air mata kemarin malam. bukan karena perlakuannya yang tidak menyenangkan. bukan juga karena kata-kata yang menusuk dalam, namun karena satu hal: empatinya terhadapku. ia seorang perempuan muda. umurnya pun lebih muda dariku. kebanyakan orang pasti akan menilai bahwa ia adalah perempaun muda yang biasa-biasa saja, namun buatku, tidak sama sekali. ia perempuan yang baik, bahkan sangat baik. ia menjaga orang lain sebaik ia menjaga dirinya sendiri. ia memperhatikan orang lain, sebaik ia memperhatikan dirinya sendiri, dan ia mengasihi orang lain sama seperti dirinya sendiri. sejujurnya, aku dan perempuan muda ini tidak terlalu dekat merapat dalam sebuah hubungan pertemanan atau persahabatan, namun darinya aku mampu menyerap satu hal yang bahkan lebih indah dari persahabatan itu sendiri.
saat itu aku hendak pulang dari gereja, sudah hampir pukul setengah tujuh malam. letih sudah rasanya badan ini setelah dua hari satu malam mengikuti retreat klasis jakarta bagian barat. ingin rasanya langsung tiba di rumah dan terjun ke atas kasur. namun aku tahu dan sadar bahwa masih ada perjalanan satu jam lagi untuk mencapai rumah, dengan angkot. beberapa orang yang sebenarnya pulang ke arah yang sama dengan arah rumahku ternyata tidak pulang dengan angkot karena sudah ada "tebengan" masing-masing. maka aku pun segera pamit kepada orang-orang yang ada di situ. tidak lama setelah aku pamit, perempuan muda ini muncul, maka aku pun juga segera pamit dengannya. namun sebelum aku melangkah pergi, ia bertanya padaku akan pulang dengan siapa, dan kemudian aku menjawab nihil. setelah ia mendengarkanku beberapa saat, ia bertanya kepada beberapa orang di situ untuk mengantarku pulang, namun tidak ada yang bisa. namun perempuan muda itu terus mencari dan bertanya pada beberapa orang lainnya, dan jawabannya tetap sama: tidak bisa. cukup "kenyang" melihat hal tersebut, aku memutuskan untuk memanggil si perempuan muda dan mengatakan bahwa aku tetap baik-baik saja bila harus pulang sendiri. maka sekali lagi aku pamit kepadanya. sebelum perempaun muda itu melepasku, ia menyentuh pundakku dan berkata "mba hati-hati ya pulangnya.." dengan segelintir senyum tulus yang masih dapat ku tangkap, walau hari gelap. aku terharu. total!
sejujurnya, aku ingin langsung meneteskan air mata setelah menerima perlakuan seperti itu. belum pernah aku mendapatkan perlakuan seperti itu. belum pernah aku merasa benar-benar "diperjuangkan" oleh seseorang yang berada di luar keluargaku. perempuan muda ini memberikan pelajaran baru bagiku: total berjuang bagi orang lain. nggak setengah-setengah mbantuin orang lain.
yup! terima kasih banyak, Batsyeba Dias Prasentina, buat pelajaran barunya!
God loves you, so do I. {}

Kamis, 10 Oktober 2013

I want you...

to be okay,

to have a good life,

to grow up a day older,

to be healthy,

to be loved,

to smile,

to laugh as much as you breath,

to be happy,

to have someone who understand you,

to eat regularly,

to be nice to yourself,

to be honest,

to be you,

just you alone.

Selasa, 08 Oktober 2013

lama sekali

sudah lebih dari delapan bulan semenjak ia yang menjadi duniaku, beringsut menjauh untuk kemudian meninggalkan kelam.
bagaimana historia yang ia ciptakan ternyata masih melekat erat di benak yang sampai saat ini pun masih terus dibayangi oleh kuasa wajahnya. aku pun tak tahu.
sedang aroma tubuhnya bebas datang dan pergi, bagai hantu yang senang menggoda. ia menari di selasar hidung, untuk meninggalkan jejak kenang akan sebuah peluk.
rapi sekali, tanpa jejak, hilang seperti terhapus angin. kepergiannya sempurna. sesempurna saat ia datang.
waktu tidaklah salah. ia hanya menundanya.
hati tidaklah salah. ia hanya ingin merasa.
aku tidak akan menyalahkan siapapun. tidak ada yang pantas untuk dipersalahkan.
tidak ada pula yang patut untuk dipertanyakan lagi.
semua jelas, duniaku buram.
ia masih dan tetap menjadi dunia ku.
"the lost world" mereka menyebutnya.
aku tak ingin menggantinya dengan siapapun.
ia satu yang teristimewa, yang masih terus lekat dan semakin lekat di jiwa.
ratusan kali aku coba buang semua tentangnya, namun yang ada hanya siksa.
berulang kali aku coba mencari dunia yang lain, namun rumahku hanya ia.
aku hanya ingin kembali padanya.
pada dekap hangatnya.
lama sekali..
duniaku masih berputar, walau putarannya bukan untukku.
putarannya semakin membuat ia menjauh.
tak apa lah, yang penting ia masih tetap berputar.
berputarlah..
terus berputar..
kamu satu dunia ku yang terlalu berputar..
lama sekali..
terlalu lama.

Minggu, 06 Oktober 2013

this could be entitled with "that-missing-you-so-much-things"

I always love the way you stare at me.
that both dark eyes when you're sad,
that tiny sparkling eyes when you're happy,
that undescribable eyes that said "hug me",
your eyes..

I always love the way you smile.
actually, you are "good-looking" with that thing.
specifically, your sincere smile.
or sometimes, your scary grin.

I always love the way you laugh.
the sounds that came out from your lips when I tickled your belly,
the voice when i told you one or two silly jokes,
ahh.. how i missed that LOL-things so much!

I always love the way you hug me.
so gently,
so warm,
so comfort,
so safe,
so much like "home".

I always love the way you talk to me.
you told me that thing, this thing, anything.
your story,
your friends',
your family's,
hers',
everything.

I always love the way you cleaned up my oily nose.
when you rub it with some sheet of tissue,
or the way you used your finger just to make it oil-free.

I always love the way you calm me down.
the way you wipe my tears,
the way you put my head on your chest,
the way you tell me "kamu tenang aja",
the way you caress my head,
the way you kissed my hair,
the way you make me smile again.

I always love the way you play with me.
the fingers that tickled my armpit,
or the time that you try to tickled my ear,
or how hard you try to put your finger into my nose.
sounds disgusting, but that is you! that's us!

I love the way you make me happy.
your jokes,
your texts,
your presence,
your happiness,
yourself,
you.

I always love the way you kissed me.
when your lips touched mine,
smoothly landing on my nose,
soft when it met my cheek,
lovely as it touch my head or hair,
sweet like it was on my forehead.

and.. I always love the way you called me:
Ohime-sama or Er.


until you read all of this, you have to know something:
I love you, and I'll always do.
I'm sorry for being such a hypocrite,
maybe I ran away from you,
but inside..
you're still stand as my man,
with that dark eyes like a bowl full of black liquid,
and always have my heart.

I always love you. I am. I do.




Depok, 6/10/13
12.30 a.m.

Minggu, 25 Agustus 2013

titik perhentian

aku lelah.
maka mengertilah.
aku bosan.
maka asingkan.

itu diri dan hati bebas kamu penjara.
ia berputar dalam kesesakannya sendiri.
jiwa mana yang tak mati karenanya?
lepaslah, ia hanya ingin berhenti.

lihat peluh,
dengar keluh,
tak perlu diseduh,
aduh berganti jadi acuh.
  

Jumat, 23 Agustus 2013

aku, rinduku, pantai, dan angkasatu



Kemarin lusa aku kembali mendapat kesempatan untuk menengok satu bagian terindah yang bumi miliki: pantai. Aku suka pantai. Debur ombak yang menerjang karang, butir-butir pasir putihnya, aroma asin airnya, angin yang tiada lelah berhembus, awan putih bersih yang terus beriringan, langit jernih luas yang terhampar, serta bulat matahari jingganya. Dan tentu saja aku suka (mengunjungi atau berada di) pantai dengan si angkasatu. Kunjunganku kemarin sebenarnya merupakan ajakan si angkasatu. Entah ada angin apa, ia mengajakku ke utara sana.

Ini bukan kali pertama aku dan si angkasatu berada di ujung pulau. Namun bagiku, hal ini selalu menjadi kali pertama aku mengenal sosok si angkasatu lebih dekat lagi, melalui pantai. Hal terbaru yang aku tangkap dari si angkasatu adalah bahwa ia ternyata tidak suka angin pantai, bikin masuk angin, katanya. Lucu memang si angkasatu ini.

Sebenarnya di sana pun tidak banyak komunikasi yang aku dan si angkasatu lakukan. Aku sibuk menikmati hamparan air dan awan yang berhias matahari bulat jingga di hadapanku, sementara si angkasatu sibuk dengan catur digitalnya. Aku tahu angkasatu mulai bosan. Namun apa boleh buat, aku masih mau melepas rinduku dengan potongan alam ini. Maafkan keegoisanku ya, angkasatu. Mengorbankanmu hanya agar sebagian kecil rinduku akan alam ini terobati.

Angkasatu mulai mengeluh kedinginan. Sudah terlalu sore. Hampir magrib kala itu. Sejenak aku perhatikan raut wajahnya. Ia mulai cemberut. Bibirnya agak sedikit manyun. Dan ia agak sedikit memucat. Rambutnya yang terombang-ambing oleh angin kembali ia rapikan. Aku tahu ia sudah tak tahan lagi. Aku bangkit dari tempat dudukku, membalik arah tubuhku, dan mengajaknya untuk kembali.

Ia sempat melontarkan sebuah kalimat, buah dari ajakanku untuk kembali, “orang udah masuk angin dari tadi..”, dan ia berhasil membuatku tersenyum getir, ketika beranjak meninggalkan kerinduanku. Sekali lagi, maafkan aku, angkasatu. Aku terlalu rindu justru pada angin-angin ini, angin-angin yang ternyata melukaimu. tapi tak apa, rinduku pada pantai sudah cukup terobati. Rinduku pada pantai dengan si angkasatu, terpenuhi. Tinggal rinduku pada si angkasatu saja yang harus tunai hari itu. 

Tidak. Aku salah. Rinduku pada si angkasatu ternyata tak bisa dimusnahkan hari itu juga. tak akan pernah bisa diobati. Rinduku pada si angkasatu ternyata terlalu bebal untuk ditaklukkan.

Satu hela napas tercipta ketika aku melontarkan harapku ini dalam hati: semoga si angkasatu tidak lelah menghadapi rindu semata wayangku yang liar ini.

Ayo, ke pantai lagi, angkasatu!







*note: kenapa nama tokohnya 'angkasatu' yak? hmm...

Selasa, 20 Agustus 2013

layang-layang

percaya atau tidak, aku ini seperti sebuah layang-layang. kamu tahu layang-layang kan? itu lho, mainan yang terbuat dari kertas yang direnggangkan dengan bilah-bilah bambu dan diikat dengan benang, dimainkan dengan bantuan angin.
aku suka menjadi layang-layang, entah mengapa.
bagiku, tawa anak-anak kecil yang menarik-ulur benang layang-layang itu seperti candu, yang selalu aku rindukan. deru-deru angin yang membawaku terbang, naik dan semakin naik itu seperti nyawa bagiku. aku tak akan bisa dimainkan bila tak ada angin, bukan? terakhir, tarik-ulur yang anak-anak itu lakukan saat mempermainkanku, seperti... seperti semacam... kehidupan. satu saat aku ditarik mendekat, untuk kemudian diulur sejauh-jauhnya.
aku seperti layang-layang, sekali lagi. dan bagiku, kamu lah seorang anak kecil yang selalu bersemangat membawaku ke tanah lapang, untuk menerbangkanku, bermain denganku. aku senang saat kau ajak bermain. aku bahagia mendengar tawamu ketika kau berhasil menerbangkanku, seorang diri. dihembus angin, aku melayang, tenang, karena benang yang menghubungkan tanganmu dan diriku tetap terhubung erat, tidak terpisahkan. satu kali kau menarikku mendekat... sesaat kemudian kau mengulur benang-benang itu sejauh dan setinggi-tingginya. namun aku tak pernah takut untuk terlepas, karena benang-benang itu tetap menjagaku aman, tak lepas dari jemarimu. kulihat kamu berlari... berlari.. terus berlari menerjang angin, membawaku terus ke ujung lapangan. jangan takut! karena bagaimanapun kau bawa aku berlari, aku akan selalu mengikutimu, dan tetap lekat dengan benang-benang itu.
sampai suatu ketika, kau terima tawaran temanmu untuk saling mengadu aku, layang-layangmu. kau tarik-ulur aku, beradu benang-benang ini dengan benang lawanmu. terus bergesekan benang-benang ini. perih rasanya. aku tak mau berpisah dengan jerat tanganmu. aku akan bertahan. aku janji akan terus bertahan! sampai akhirnya, benang layangan temanmu putus dan layang-layangnya terbang entah kemana. terseret angin, mungkin tersangkut di atas pohon.
kamu gembira menyaksikan hal itu. merasa puas atas pertahanan benang-benangmu, kau mencobai aku lagi. terus, dan terus kau siksa aku. kau tak pernah tahu seberapa besar usahaku hanya untuk terus terbang di atas kepalamu saja, bukan diatas kepala anak-anak itu. bukan hanya sekali atau dua kali kau terus melukaiku, mengadu benang-benang yang menyatukan aku dan tangan-tanganmu.
hingga pada akhirnya, aku lelah. aku sudah tak sanggup untuk terus beradu dengan layang-layang lain. aku menyerah. kau memaksaku untuk memutuskan benang-benang ini dan terbang menjauhi kepalamu.
egois atau semata-mata hanya untuk menyelamatkan diriku sendiri, aku memilih untuk pergi menjauh dari tangan-tanganmu.
aku menyerah, kau kalah.
terbawa angin, aku semakin menjauh darimu. sedih rasanya. kau tahu, aku masih ingin kau tarik-ulur kesana-kemari. aku masih ingin bahagia mendengar tawamu. aku masih ingin terus terikat pada benang-benang yang mendekatkan aku dengan nadi-nadimu...
ini keputusanku. erat dengan lara, aku tersiksa.
aku masih sempat melihat kerut-kerut kecut di bawah bibirmu, kekecewaanmu. maaf, aku pun tak pernah tega untuk meninggalkanmu.
namun sesaat kemudian aku tersadar, berbondong-bondong bocah kecil dibawah sana berlari mengejarku, memperebutkanku, mengikuti kemanapun angin membawaku pergi.
sampai akhirnya, satu dari mereka, yang paling kecil raganya, berhasil menaklukanku dengan jemarinya yang mungil. ia sempat terjatuh dan terinjak, namun ia tak berhenti untuk terus mengejarku, melawan bocah-bocah yang lebih besar tubuhnya, untuk dapat meraihku. satu yang tak terlupa, dapat kulihat senyum kemenangan muncul dari bibir tipisnya saat jemari itu menangkap sisa potongan benangku, yang kini dekat dengan pembuluh darahnya.
kini aku kembali terbang, di atas kepala bocah riang yang berhasil menaklukanku itu, yang sesekali pernah berbisik "aku gak mau ngadu layang-layangku lagi. ini layang-layang kesayanganku." sembari ia melangkahkan kaki kecilnya menuju tanah lapang untuk kembali membawaku bercengkrama dengan angin, dan menikmati gelak tawanya.





"nggak papa gue jadi layangan, tarik-ulur itu sama aja kayak dinamika hidup. tapi satu hal ya, kalo dia sampe ngadu gue sama layangan lain, ya gue lebih memilih buat mutusin diri aja lah. pergi dari dia. toh gue tau, setelah gue memutuskan diri, akan ada banyak anak kecil lain yang memperebutkan gue, buat ditarik-ulur lagi, buat dimainin lagi, dan satu lagi, yang nggak akan pernah mau ngadu gue lagi sama layangan lain, tapi mainin gue, buat kesenengannya sendiri."
-seseorang

Sabtu, 15 Juni 2013

Ia Hanya Butuh Waktu

ia hanya butuh waktu,
sampai sayap-sayapnya mematah dan menjatuhkannya kembali ke bumi.
ia hanya butuh waktu,
sampai ia menyadari bahwa hati dan tubuhnya terluka karena terjerembab di atas aspal panas.
ia hanya butuh waktu,
sampai ia merasakan bahwa ia membutuhkan pertolongan.
ia hanya butuh waktu,
untuk kembali menengok ke belakang.
ia hanya butuh waktu,
untuk kembali mengenali sosok di ujung jalan yang masih setia menunggunya dan melambaikan tangannya.
ia hanya butuh waktu,
hingga ia mulai menitikkan air mata karena rasa bersalah yang menyeruak dari dalam hatinya.
ia hanya butuh waktu,
untuk kembali merangkak, masih dengan luka, menuju kepada sosok yang terus melambaikan tangan itu.
ia hanya butuh waktu,
sampai akhirnya ia menyaksikan wajah seseorang yang tak pernah melupakannya.
ia hanya butuh waktu,
untuk kembali jatuh dalam hangat pelukan sosok setia itu.
ia hanya butuh waktu,
untuk membuka matanya dan menyadari bahwa ia telah sampai pada rumahnya, di mana ia akan selalu diterima.
dan ia memang hanya butuh waktu,
untuk mengerti dengan sepenuhnya bahwa ia teramat dikasihi, hingga ia dapat melihat, pula merasakan, luka yang dideritanya mulai pulih.




-depok, 6 juni 2013

Minggu, 12 Mei 2013

Kau

Kau hebat, kaulah elok yang paling jahat. Kau akan menjadi raja pesta di sebuah perayaan kematianku. Sungguh, aku ingin memahkotaimu dengan sedih yang paling mahal yang pernah aku teteskan. Karena kau sosok yang indah, namun yang paling kejam. Demikian aku tidak akan mencabut kutuk yang aku tanamkan padamu, sampai aku mati dan kuburku bergoncang-goncang. Dengar! Aku lupa letaknya hati, terakhir ada di dengkul, kupakai berlutut minta senyummu. Mungkin sekarang jatuh di tengah jalan, mungkin sudah terinjak roda hidupmu.

- Zarry Hendrik
(dengan perubahan seperlunya)

Rabu, 10 April 2013

cukup satu kata: NISTA


Satu kata buat UTS dan setengah hari ini: NISTA. En-i-es-te-a. NISTA.

Kenapa NISTA? 

Pertama. Hari ini gue ujian salah satu mata kuliah yang emang agak-kamp...*sinyal ilang*-gimana-gitu-tapi-harus-lulus-karena-gue-gak-mau-ngulang.

Kedua. Ah kepanjangan, langsung cerita aja deh.

Jadi cerita ini akan dibagi jadi tiga bagian: sebelum ngerjain UTS, saat ngerjain UTS, dan setelah ngerjain UTS.

Scene pertama...
Pagi gue bangun dengan agak NISTA karena diperhadapkan dengan keadaan rumah yang berantakan-banget-gak-ada-obat karena ditinggal si nyokap ke Pemalang. Ngapain si nyokap ke Pemalang? Ah, kepo aja lo..
Lanjuuut.. udah agak kesel gara-gara keadaan rumah yang berantakan, gue mandi dan siap-siap ke kampus. gue sangat amat tau kalo hari itu gue akan telat karena harus berangkat bareng bokap. Selalu gitu. Entah kenapa selalu telat kalo berangkat bareng bokap. Trus udah nih, sampe kampus udah jam 8.10 WIG (waktu Indonesia bagian Gue). duduk di tempat yang sudah disiapkan (kayaknya khusus buat yang telat karena letaknya paling depan dan sendirian. Iya, Cuma satu bangku. Sendirian. Paling depan) dan kemudian mulai bersiap-siap ngerjain soal. Eh tapi kok soalnya gak ada? Cuma ada kertas jawabannya doang? Ooh, ternyata soalnya emang belom dikasih (lagi-lagi mungkin ini hukuman khusus buat yang datengnya telat).

Scene kedua...
Setelah komat-kamit berdoa, gue mulai ngeliatin kertas soal itu. Terpampang 3 buah soal yang indah siap untuk dijamah. Setelah selesai liatin, akhirnya gue mutusin buat ngerjain soal nomer 2 dulu karena gue ngerasa agak menguasai jawabannya. Ah iya, soal nomer 2 itu nyabang jadi soal 2a, 2b, 2c. Disini gue agak keki karena di soal nomer 2a disuruh nyebutin 5 perbedaan dan persamaan dari VS dan SRS (yang ikutan kuliah sama gue pasti ngerti. Ya menurut lu aja Res). Nyebutin 5 perbedaannya lumayan lancar. Nyebutin 5 persamaannya.. hmm.. persamaan satu bisa, kedua lumayan, ketiga geleng-geleng, keempat pake insting, kelima.. oke gue ngaku, di kertas jawaban gue tulis “sama-sama punya perbedaan.” Entah, mungkin otak dan tangan gue sama-sama berkonspirasi untuk menjatuhkan UTS gue ini. entah.. hanya Tuhan dan otak serta tangan gue yang tau..
Dua soal yang lain gimana bro? Bisa dibilang gue ngarang bebas sebebas-bebasnya seperti burung yang terbang di udara. Yak sip, pas gue lagi asyik ngerjain tiba-tiba beberapa temen gue secara gantian maju ke depan kelas buat ngambil kertas tambahan. Buat gue, nambah kertas jawaban itu sesuatu yang We-O-We banget. Dan lama-lama makin banyak aja gitu yang ngambil kertas jawaban tambahan. Makin terkagum-kagum lah gue dengan mereka yang ngambil kertas jawaban tambahan itu. Serius! Udah, gue lanjut ngerjain sampe waktunya abis. 3 soal gue hajar dengan agak lumayanan lah. Gue kumpulin tuh kertas jawaban yang didalemnya udah ada kertas soalnya. Hati gue riang gembira ketika keluar dari ruangan itu.

Scene ketiga...
Setelah keluar kelas, gue mutusin buat turun dan ngumpul sama temen-temen gue. pas lagi ngumpul di depan Mushalla FISIP, gue denger Tua (salah satu temen gue) sambil jalan sama temen-temennya ngomong gini: “anjrit untung tadi gue liat Diza (temen gue yang lain) ngebalik lembar soalnya dan ternyata ada soal lagi...” (kurang lebih dia ngomongnya gitu. Maaf Wa kalo ada yang salah hehe) trus gue diem. Mikir. Mikir lebih lama lagi. Trus mati. Ya enggak lah! Gue langsung nyolek Nensi (temen gue yang lain lagi) dan terjadilah percakapan yang.... yah, dinilai sendiri aja nanti.
Gue                   : nen, tadi soalnya ada tiga kan ya?
Nensi                : hah? Ada lima ah..
Agung               : ada lima res, hahahaha
Gue                   : hah?! Serius lu? Bukannya ada tiga? (bersikukuh soalnya Cuma 3)
Agung & Nensi: ada limaaaa..
Gue                   : emang soal yang keempat sama kelima apaan?
Agung               : nah lu gak ngebalik soalnya yak? Disitu ada soal lagi..
Gue                   : ... ... ...
Agung               : jahahah Resita galau! Res Res, galauan ngegalauin pacar apa ini (MPK) res?
Gue                   : *dalem hati* kepalanya agung disate enak ini.
Iya, dan gue langsung tertunduk lemes. Lemes beneran loh. pantesan aja orang-orang pada ngambil kertas jawaban tambahan, sedangkan gue ayem-ayem aja ngerjainnya. Dari 5 soal, gue Cuma jawab 3. Dari 3 soal yang gue jawab, kemungkinan Cuma 1 soal yang bener. Ya mending gak usah ujian sekalian aja Res.. Res..

Huft.

yak, inilah cuplikan kehidupan gue setengah hari ini. kalo inget-inget 3 soal itu, sedih rasanya. Aseli, sedih banget loh. Tapi yaudah lah, mau diapain lagi. Bersyukur karena kejadian ini bikin gue semakin awas lagi kalo ada ujian-ujian lainnya nanti. Dan bersyukur karena masih ada laper-bego-kenyang-tolol yang walaupun gak ngerti seNISTA apa perasaan gue, tapi tawa dan lawakan mereka ngebantu nyembuhin sedikit keNISTAan gue. :’)

Minggu, 31 Maret 2013

"bukan maksud menyalibkan-Mu berulang kali, Tuhan..."


Satu kalimat itu. Ya, satu kalimat itu, kudengar kemarin dari salah seorang sahabatku.
Ia mulai bercerita tentang ini dan itu, tentang hal yang menurutnya berdosa di mata Tuhan. 
Sesaat aku terdiam, ngeri membayangkan bahwa memang benar, akupun telah menyalibkan Tuhanku berulang kali hanya karena keinginanku. Keinginan dagingku. Keinginan duniaku.

Apa yang harus aku lakukan? 
Aku telah terlalu jauh berlari dalam dosa. Aku sadar aku lelah. Aku mau menyerah saja. Aku ingin pulang. Namun, dalam keadaan ku yang kotor dan hina seperti ini, hendakkah Tuhan menerimaku? Hendakkah Ia membuka pintu-Nya buatku? Akankah Ia bersedia memelukku lagi dan membersihkan kekotoranku? 
Aku sudah teramat sangat kotor Tuhan. Dan yang lebih parah lagi, aku tega menyalibkan Engkau berulang kali.

Aku mulai ragu. Aku mulai bertanya-tanya. Aku mulai mencari-cari.
Aku bingung. Aku mau pulang, tapi aku takut. 
Disisi lain, akupun tak sanggup untuk terus menjauh. Aku takut Kau hilangkan. Aku takut Kau benci. Aku menyesal. Aku takut Kau bosan dengan sikapku. Ketika aku merasa hancur hati, aku selalu kembali pada-Mu dan ketika aku hendak melakukan dosa, sedikitpun aku tak ingat Kau. 
Terkadang aku berpikir, Kau melihat segala perbuatan dosaku dari mana-mana, dan Kau berkata “ah, kamu nak, hobi banget nyakitin hati-Ku. Seneng banget bikin perjanjian palsu yang kemudian dengan mudahnya kamu ingkari sendiri. Gampang banget mempermainkan perasaan-Ku. Nanti aja, kalo udah sakit hati, nangis-nangis terus, baru dateng ke Aku. Nyesel. Minta maaf sampe sujud-sujud, tapi gak lama kemudian ngelakuin dosa lagi. Yang itu-itu lagi. Bosan Aku.” Serius, aku pernah dan terkadang masih berpikir seperti itu. Aku takut, Tuhan. Aku takut.

Hmm, kalau sekali lagi aku bertanya dan meminta, maukah Kau menjawabnya? “Please, prove me that I’m not asking You for nothing.”

Maaf, Tuhan. Lagi-lagi, bukan maksud ku untuk menyalibkan-Mu berulang kali. Maaf.