Minggu, 31 Maret 2013

"bukan maksud menyalibkan-Mu berulang kali, Tuhan..."


Satu kalimat itu. Ya, satu kalimat itu, kudengar kemarin dari salah seorang sahabatku.
Ia mulai bercerita tentang ini dan itu, tentang hal yang menurutnya berdosa di mata Tuhan. 
Sesaat aku terdiam, ngeri membayangkan bahwa memang benar, akupun telah menyalibkan Tuhanku berulang kali hanya karena keinginanku. Keinginan dagingku. Keinginan duniaku.

Apa yang harus aku lakukan? 
Aku telah terlalu jauh berlari dalam dosa. Aku sadar aku lelah. Aku mau menyerah saja. Aku ingin pulang. Namun, dalam keadaan ku yang kotor dan hina seperti ini, hendakkah Tuhan menerimaku? Hendakkah Ia membuka pintu-Nya buatku? Akankah Ia bersedia memelukku lagi dan membersihkan kekotoranku? 
Aku sudah teramat sangat kotor Tuhan. Dan yang lebih parah lagi, aku tega menyalibkan Engkau berulang kali.

Aku mulai ragu. Aku mulai bertanya-tanya. Aku mulai mencari-cari.
Aku bingung. Aku mau pulang, tapi aku takut. 
Disisi lain, akupun tak sanggup untuk terus menjauh. Aku takut Kau hilangkan. Aku takut Kau benci. Aku menyesal. Aku takut Kau bosan dengan sikapku. Ketika aku merasa hancur hati, aku selalu kembali pada-Mu dan ketika aku hendak melakukan dosa, sedikitpun aku tak ingat Kau. 
Terkadang aku berpikir, Kau melihat segala perbuatan dosaku dari mana-mana, dan Kau berkata “ah, kamu nak, hobi banget nyakitin hati-Ku. Seneng banget bikin perjanjian palsu yang kemudian dengan mudahnya kamu ingkari sendiri. Gampang banget mempermainkan perasaan-Ku. Nanti aja, kalo udah sakit hati, nangis-nangis terus, baru dateng ke Aku. Nyesel. Minta maaf sampe sujud-sujud, tapi gak lama kemudian ngelakuin dosa lagi. Yang itu-itu lagi. Bosan Aku.” Serius, aku pernah dan terkadang masih berpikir seperti itu. Aku takut, Tuhan. Aku takut.

Hmm, kalau sekali lagi aku bertanya dan meminta, maukah Kau menjawabnya? “Please, prove me that I’m not asking You for nothing.”

Maaf, Tuhan. Lagi-lagi, bukan maksud ku untuk menyalibkan-Mu berulang kali. Maaf.