Selasa, 20 Agustus 2013

layang-layang

percaya atau tidak, aku ini seperti sebuah layang-layang. kamu tahu layang-layang kan? itu lho, mainan yang terbuat dari kertas yang direnggangkan dengan bilah-bilah bambu dan diikat dengan benang, dimainkan dengan bantuan angin.
aku suka menjadi layang-layang, entah mengapa.
bagiku, tawa anak-anak kecil yang menarik-ulur benang layang-layang itu seperti candu, yang selalu aku rindukan. deru-deru angin yang membawaku terbang, naik dan semakin naik itu seperti nyawa bagiku. aku tak akan bisa dimainkan bila tak ada angin, bukan? terakhir, tarik-ulur yang anak-anak itu lakukan saat mempermainkanku, seperti... seperti semacam... kehidupan. satu saat aku ditarik mendekat, untuk kemudian diulur sejauh-jauhnya.
aku seperti layang-layang, sekali lagi. dan bagiku, kamu lah seorang anak kecil yang selalu bersemangat membawaku ke tanah lapang, untuk menerbangkanku, bermain denganku. aku senang saat kau ajak bermain. aku bahagia mendengar tawamu ketika kau berhasil menerbangkanku, seorang diri. dihembus angin, aku melayang, tenang, karena benang yang menghubungkan tanganmu dan diriku tetap terhubung erat, tidak terpisahkan. satu kali kau menarikku mendekat... sesaat kemudian kau mengulur benang-benang itu sejauh dan setinggi-tingginya. namun aku tak pernah takut untuk terlepas, karena benang-benang itu tetap menjagaku aman, tak lepas dari jemarimu. kulihat kamu berlari... berlari.. terus berlari menerjang angin, membawaku terus ke ujung lapangan. jangan takut! karena bagaimanapun kau bawa aku berlari, aku akan selalu mengikutimu, dan tetap lekat dengan benang-benang itu.
sampai suatu ketika, kau terima tawaran temanmu untuk saling mengadu aku, layang-layangmu. kau tarik-ulur aku, beradu benang-benang ini dengan benang lawanmu. terus bergesekan benang-benang ini. perih rasanya. aku tak mau berpisah dengan jerat tanganmu. aku akan bertahan. aku janji akan terus bertahan! sampai akhirnya, benang layangan temanmu putus dan layang-layangnya terbang entah kemana. terseret angin, mungkin tersangkut di atas pohon.
kamu gembira menyaksikan hal itu. merasa puas atas pertahanan benang-benangmu, kau mencobai aku lagi. terus, dan terus kau siksa aku. kau tak pernah tahu seberapa besar usahaku hanya untuk terus terbang di atas kepalamu saja, bukan diatas kepala anak-anak itu. bukan hanya sekali atau dua kali kau terus melukaiku, mengadu benang-benang yang menyatukan aku dan tangan-tanganmu.
hingga pada akhirnya, aku lelah. aku sudah tak sanggup untuk terus beradu dengan layang-layang lain. aku menyerah. kau memaksaku untuk memutuskan benang-benang ini dan terbang menjauhi kepalamu.
egois atau semata-mata hanya untuk menyelamatkan diriku sendiri, aku memilih untuk pergi menjauh dari tangan-tanganmu.
aku menyerah, kau kalah.
terbawa angin, aku semakin menjauh darimu. sedih rasanya. kau tahu, aku masih ingin kau tarik-ulur kesana-kemari. aku masih ingin bahagia mendengar tawamu. aku masih ingin terus terikat pada benang-benang yang mendekatkan aku dengan nadi-nadimu...
ini keputusanku. erat dengan lara, aku tersiksa.
aku masih sempat melihat kerut-kerut kecut di bawah bibirmu, kekecewaanmu. maaf, aku pun tak pernah tega untuk meninggalkanmu.
namun sesaat kemudian aku tersadar, berbondong-bondong bocah kecil dibawah sana berlari mengejarku, memperebutkanku, mengikuti kemanapun angin membawaku pergi.
sampai akhirnya, satu dari mereka, yang paling kecil raganya, berhasil menaklukanku dengan jemarinya yang mungil. ia sempat terjatuh dan terinjak, namun ia tak berhenti untuk terus mengejarku, melawan bocah-bocah yang lebih besar tubuhnya, untuk dapat meraihku. satu yang tak terlupa, dapat kulihat senyum kemenangan muncul dari bibir tipisnya saat jemari itu menangkap sisa potongan benangku, yang kini dekat dengan pembuluh darahnya.
kini aku kembali terbang, di atas kepala bocah riang yang berhasil menaklukanku itu, yang sesekali pernah berbisik "aku gak mau ngadu layang-layangku lagi. ini layang-layang kesayanganku." sembari ia melangkahkan kaki kecilnya menuju tanah lapang untuk kembali membawaku bercengkrama dengan angin, dan menikmati gelak tawanya.





"nggak papa gue jadi layangan, tarik-ulur itu sama aja kayak dinamika hidup. tapi satu hal ya, kalo dia sampe ngadu gue sama layangan lain, ya gue lebih memilih buat mutusin diri aja lah. pergi dari dia. toh gue tau, setelah gue memutuskan diri, akan ada banyak anak kecil lain yang memperebutkan gue, buat ditarik-ulur lagi, buat dimainin lagi, dan satu lagi, yang nggak akan pernah mau ngadu gue lagi sama layangan lain, tapi mainin gue, buat kesenengannya sendiri."
-seseorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar