Minggu, 08 Januari 2012

Kamu..

Saat aku membuat tulisan ini, samar diluar kudengar tetesan hujan yang beradu dengan atap rumahku..
Hawa dinginnya begitu terasa hingga mampu untuk mengembalikan ingatanku kepada mu..
Ah, kamu..
Bagaimana bisa kamu selalu memenuhi isi otakku yang sempit ini ?


Semua itu bermula dari...


Kelas Ekonomika dan Pembangunan Sosial, Jumat, 9 Desember 2011

aku sedang berusaha untuk memahami apa yang dikatakan sang dosen tentang materi ekonomi makro yang membuat otakku letih untuk menampungnya.
Huh, bosan sekali rasanya disini. Memperhatikan sang dosen saja aku malas, apalagi mencatat intisari dari apa yang beliau ajarkan..
Posisi dudukku tepat berada diantara 2 orang lelaki yang juga temanku, di kursi tambahan kelas sebelah (maklum, aku telat hari ini), satu baris dari kursi paling belakang, antara lajur ke 3 dan ke 4.
Hmm, posisi yang tepat untuk memperhatikan wajah-wajah ataupun pekerjaan yang dilakukan teman-teman saat itu.
Ya, aku memang hobi memperhatikan ekspresi manusia, baik yang sudah kukenal, ataupun orang yang asing sekalipun.
Hanya mencoba menebak-nebak apa yang sedang mereka pikirkan ataupun rasakan. Menarik sekali buatku.
Tengok kanan, tengok kiri..
Ada yang sibuk sendiri dengan handphonenya..
Ada yang sibuk dengan teman ngobrolnya..
Ada yang sibuk dengan catatannya..
Ada yang sibuk memperhatikan sang dosen yang masih berbicara tentang kebijakan moneter..
Ada yang sibuk dengan tidurnya..
Ada juga yang sibuk dengan laptop dan internetnya..
Dan aku, yang masih sibuk memperhatikan seisi kelas hingga aku melihat seberkas garis wajah yang membuatku terpaku untuk terus memandanginya..
Kamu..
Duduk diam disana, mencoba mengerti apa yang sang dosen katakan..
Dan wajahmu..
Wajah yang biasa saja tapi menyimpan sejuta kharisma..
Wajah yang lembut namun terpancar sebuah kekuatan dari sorot mata yang tajam..
Wajah yang menyenangkan..
Wajah yang terus mengisi relung-relung otakku tanpa henti..
Ah, tak cukup luas kata-kata ini untuk menggambarkan wajahmu..
Hmm, tanpa sadar aku menyimpulkan sebuah senyum di bibir ini..
Seketika, kelas ekonomika yang suram itu menjadi begitu cerah dan riang.
Terima kasih ya, sudah mengubah kelas ekonomika yang penuh dera derita ini menjadi kelas yang tak ingin kutinggalkan karena ada kamu..
Terima kasih sudah membuatku tersenyum pagi ini :)

Dan hal ini pun berlanjut...


Di kelas Pengantar Ilmu Politik, Senin, 19 Desember 2011, 11.32 wib

Belum ada setengah jam aku duduk di kursi paling belakang di kelas ini, tapi otakku sudah jengah dengan materi yang ada..
Hmm, sekilas aku teringat kembali pada kejadian sehari kemarin dimana aku dan kamu untuk pertama kalinya bersentuhan lewat dunia maya, Facebook lebih tepatnya, karena saat itu aku tengah bosan. Membuncah rasanya kalbu ini saat kamu tanpa terpaksa menemaniku waktu itu. Kamu bilang ini, bilang itu.. bercanda.. sampai aku tak sadar kalau aku sudah tersenyum lebar, bahkan tertawa karena celotehanmu..
Ada sebuah quote yang menarik buat ku, kurang lebih isinya begini : “kalau tidak gila, bukan cinta namanya...”
Ah, mungkin aku gila. Yaa, gila karenamu.
Terima kasih ya, sudah membuatku kembali ceria..
Terima kasih juga karena sudah membuatku ‘gila’ :)


Dan kisah ini pun belum menemui ujung yang pasti..
bahkan terus berlanjut..


Kembali di Kelas Ekonomika dan Pembangunan Sosial, Jumat, 23 Desember 2011, 08.37 WIB

Berat dan semakin berat mataku kali ini.. tak ada yang bisa kuperhatikan lagi dari ceramah-ceramah dosen ekonomi makro yang dengan lantangnya masih membicarakan kebijakan-kebijakan yang pemerintah lakukan untuk kembali menyeimbangkan keadaan ekonomi bangsa ini.
Sebentar mataku terpejam, sebentar berusaha untuk terus ‘mekar’ hanya untuk memperhatikan mu dari sudut ini.
Posisiku untuk memperhatikan mu lebih baik kali ini, dan dengan sekuat tenaga aku berusaha untuk terus ‘sadar’ agar bisa melihat senyummu seperti semalam..
Ah, kembali lagi ingatanku ke 13 jam lalu..
Malam yang begitu cantik walaupun langit tengah muram kala itu.
Ya, semalam merupakan malam yang penuh arti buatku.
Dimana aku bisa melihat wajahmu dari dekat..
Memandang beberapa senyum yang tergores manis di bibirmu..
Mencium aroma tubuhmu..
Menangkap sorot tajam matamu yang berkilat karena terpaan lampu panggung saat itu..
Menikmati hujan yang begitu nakalnya terus jatuh menyerang kepala dan tubuh kita..
Tapi aku dan kamu tidak peduli.
Ditengah rintik hujan itu, aku terus bercerita, dan kamu selalu menyelanya dengan riang.
Satu jam. 60 menit. 3600 detik. cukup lah menjadi waktu yang berkualitas untukku. Aku tak tahu apa kamu juga menikmatinya. Yang jelas, saat aku berada disampingmu, aku merasakan bahwa aku adalah wanita yang paling bahagia kala itu.
Ya, aku ‘jatuh’. Dan kamu yang telah membuatku ‘jatuh’ seperti ini.
Terima kasih sudah ‘menghangatkanku’ ditengah derasnya hujan semalam..
Terima kasih sudah memberiku ‘pelangi setelah hujan’ yang terkadang masih menyesakkan ku..
Terima kasih sudah mampir kedalam otakku yang penuh sesak dengan berbagai masalah kehidupan..
Terima kasih sudah menjadi sesuatu yang berharga dalam hidupku..
Terima kasih sudah bersedia untuk kujadikan penyemangat hidupku..
Terima kasih sudah membuatku ‘jatuh’ :)
p.s. : kamu mengantuk sekali pagi ini.

2 komentar: