Selasa, 22 Januari 2013

cerita tentang sebuah pajangan keramik

sebuah keramik pajangan. kalian tahu kan? benda pajangan yang terbuat dari keramik. dapat menyerupai berbagai bentuk dan ukuran. biasanya digunakan untuk mempercantik ruangan..
ini sebuah cerita tentangnya,
cerita tentang sebuah keramik pajangan.

adalah suatu ketika hidup seorang pengrajin keramik yang sangat piawai dalam membuat pajangan dari keramik. pengrajin ini terkenal dengan keahliannya dalam menciptakan bahkan memperbaiki pajangan-pajangan keramiknya yang rusak. memperbaiki? tentu saja. kan ia pengrajin yang sangat luar biasa.
pada suatu hari, ia terlihat sangat sibuk di belakang rumahnya. ternyata ia tengah membuat sebuah pajangan dari keramik. dengan teliti ia membentuk keramik tersebut. dengan perlahan-lahan ia mencipta. dengan setulus hati ia berjuang untuk menjadikan pajangan tersebut terbaik dari yang lainnya dan berharga sangat tinggi. dengan hati-hati ia memasukkan keramik tersebut ke dalam tungku perapian untuk dibakar. "ini agar kau kuat dan tidak mudah pecah nantinya.." ia berkata kepada pajangan keramiknya sebelum dibakar dalam tungku yang sangat panas. setelah beberapa saat pembakaran, kemudian ia pun mengeluarkan keramiknya dari tungku pembakaran, mendinginkannya, kemudian memeriksanya, adakah cacat yang terjadi pada keramiknya tersebut. kemudian ia mempercantik keramik buatannya dan pada akhirnya ia tersenyum sangat puas melihat hasil kerja tangan, hati dan pikirannya. "ini yang terbaik yang pernah saya ciptakan. saya amat mencintainya. saya tak akan menjualnya karena ini adalah kebanggan saya. namun bila ada orang yang mau memilikinya, saya akan memberikannya secara cuma-cuma, asalkan orang itu mampu menjaganya sepenuh hati, sama ketika saya membuat keramik ini.." kata pengrajin tersebut dalam hatinya.

pajangan keramik terbaik itu kemudian ia masukkan ke dalam sebuah kotak kaca dan ia letakkan di ruang tamu rumahnya, agar semua tamu-tamu yang datang ke rumahnya dapat menikmati keindahan dari keramik tersebut. sampai pada suatu ketika, ada seorang pembeli yang berniat memiliki pajangan keramik tersebut. "berapa harga pajangan tersebut? aku ingin sekali memilikinya. aku jatuh cinta pada keramik itu.." kata si pembeli. "ah, yang satu itu tak dijual nak. namun kalau kamu benar-benar ingin memilikinya, aku akan memberikannya padamu. namun dengan satu syarat, jaga dan rawat lah ia. jangan sampai pecah atau rusak sedikitpun. kalau kamu mencintainya, aku pun lebih mencintainya karena aku yang membuatnya. sanggup kan?" kata sang pengrajin. "ya, saya sanggup pak. saya akan menjaganya sepenuh hati saya. saya berjanji tidak akan pernah merusaknya, karena saya sangat mencintai pajangan itu pak." kata si pembeli, menyatakan kesanggupannya. dan pada akhirnya, sang pengrajin keramik itu memberikan pajangan keramik tercintanya kepada pembeli tersebut. dengan senang hati, si pembeli (yang sekarang menjadi pemilik baru keramik tersebut) pulang ke rumahnya. ia pun meletakkan pajangan keramik tersebut di meja pajangan favoritnya.

si pemilik pajangan keramik tersebut pun menjalankan apa yang telah dikatakan sang pengrajin keramik untuk terus menjaga dan memeliharanya. ia membersihkannya dengan rajin. merawat agar tidak ada satu debu pun menempel diatasnya. satu setengah tahun lamanya ia berusaha menjaga keramik itu dengan segenap hati. hingga sampai suatu hari, ia kembali ke rumah sang pembuat keramik dan mulai berburu pajangan keramik lainnya. ia mencari sesuatu yang lebih baik lagi dibanding pajangan keramiknya yang terdahulu. sampai akhirnya ia menemu dan dengan beberapa rupiah ia berhasil memiliki pajangan-pajangan barunya. ia pun pulang dengan senang hati. ketika sampai di rumah, ia pun memperlakukan keramik-keramik barunya sama seperti ia memperlakukan pajangan keramiknya yang terindah dulu. sampai pada akhirnya ia lupa untuk merawat pajangannya yang terdahulu. ia membiarkannya berdebu, dan mulai terlihat goresan disana-sini karena tergesek benda lain, karena ia terlalu sibuk merawat pajangan keramik barunya. ia lupa akan janjinya kepada sang pembuat keramik. sampai pada akhirnya ia membuang keramik itu di pinggir jalan. keramik itu pun pecah berkeping-keping, hampir tak berbentuk lagi. keramik yang tadinya amat sangat cantik itu pun kini hanya menjadi serpihan-serpihan dan tak memiliki nilai dan arti lagi.

sampai suatu ketika, sang pembuat keramik merasa amat sangat merindukan keramik tercintanya dan ia berniat untuk "menengok" keramik ciptaannya tersebut. keesokan harinya ia pun melangkah pergi ke rumah si pemilik keramik itu. namun alangkah kaget dan remuk hatinya ketika ia menemukan keramik tercintanya sudah menjadi keping-keping kecil dan sudah tak berbentuk lagi di pinggir jalan dekat rumah si pemilik keramik itu. ia pun merasa amat sakit hati dan merasa dikhianati karena miliknya yang berharga ternyata tidak dijaga dan justru dihancurkan. kemudian ia pun mengumpulkan keping-keping keramik itu dan membawanya kembali pulang ke tempat keramik itu diciptakan. setelah beberapa lamanya ia menyesali hancurnya keramik itu, akhirnya ia memutuskan untuk memperbaiki kembali keramik itu seperti dulu lagi. segenap hati ia kembali membentuk keramik itu. berusaha menyatukan keping-kepingnya lagi. berusaha menjadikannya cantik dan kuat lagi. satu setengah tahun pula ia mencoba untuk membuat keramik itu kembali utuh seperti sedia kala. ia pun kembali membakar keramik tersebut di perapian dan setelah ia keluarkan dari api, sejenak ia memperhatikan sesuatu "semua tak sama lagi. aku sudah berusaha memperbaiki mu, namun ternyata kamu tak bisa kembali utuh seperti sedia kala. namun kini kamu lebih kuat dari sebelumnya.." kata sang  pengrajin dalam hati.

lalu ia meletakkan keramik itu di dekat perapian karena keramik itu masih terlalu panas. setelah ditinggal beberapa saat, ada seorang pembeli datang ke tempat sang pengrajin dan berniat mencari sebuah keindahan baru. ia pun diajak berkeliling oleh sang pengrajin untuk melihat-lihat hasil karyanya. hingga calon pembeli itu melihat keramik yang tergeletak di dekat perapian dan ia merasa sangat menyukainya dan ingin memilikinya. sang pengrajin menyadari ekspresi calon pembeli kerajinannya itu ketika melihat keramik di dekat perapian. ia tersenyum dan berkata "yang itu masih hangat. baru saja saya selesai memperbaikinya..". "saya tertarik dengan keramik yang satu itu. tak apa-apa sekalipun ia masih hangat dan baru saja jadi. saya menginginkannya. berapa harganya?" kata sang pembeli. kemudian sang pengrajin pun menjelaskan hal yang sama kepada calon pembeli (pemilik) itu dengan apa yang telah ia jelaskan kepada pemilik sebelumnya. kemudian si pembeli itu pun mengangguk tanda mengerti dan setuju. tak lama, ia pun menjadi pemilik keramik tersebut. ia sangat senang dan berusaha untuk menjaga dan merawat keramik tersebut. setiba di rumahnya, ia pun menempatkan keramik tersebut di tempat terbaiknya, "kamu masih hangat, masih rentan, tapi tak apa, aku akan menjaga mu.." kata si pemilik sambil tersenyum.

hari-hari si pemilik itu kini terisi dengan merawat dan menjaga keramik itu dengan sebaik-baiknya hingga sampai pada suatu hari, terjadi sesuatu hal yang sangat tidak terduga sebelumnya...


(bersambung)

dari awal cerita ini ditulis, saya hanya mendengarkan sebuah lagu yang terus-menerus mengalun: I won't give up oleh Jason Mraz.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar