Satu kalimat itu. Ya, satu kalimat itu, kudengar kemarin
dari salah seorang sahabatku.
Ia mulai bercerita tentang ini dan itu, tentang
hal yang menurutnya berdosa di mata Tuhan.
Sesaat aku terdiam, ngeri
membayangkan bahwa memang benar, akupun telah menyalibkan Tuhanku berulang kali
hanya karena keinginanku. Keinginan dagingku. Keinginan duniaku.
Apa yang harus aku lakukan?
Aku telah terlalu jauh berlari
dalam dosa. Aku sadar aku lelah. Aku mau menyerah saja. Aku ingin pulang.
Namun, dalam keadaan ku yang kotor dan hina seperti ini, hendakkah Tuhan
menerimaku? Hendakkah Ia membuka pintu-Nya buatku? Akankah Ia bersedia
memelukku lagi dan membersihkan kekotoranku?
Aku sudah teramat sangat kotor
Tuhan. Dan yang lebih parah lagi, aku tega menyalibkan Engkau berulang kali.
Aku mulai ragu. Aku mulai bertanya-tanya. Aku mulai
mencari-cari.
Aku bingung. Aku mau pulang, tapi aku takut.
Disisi lain,
akupun tak sanggup untuk terus menjauh. Aku takut Kau hilangkan. Aku takut Kau
benci. Aku menyesal. Aku takut Kau bosan dengan sikapku. Ketika aku merasa hancur
hati, aku selalu kembali pada-Mu dan ketika aku hendak melakukan dosa,
sedikitpun aku tak ingat Kau.
Terkadang aku berpikir, Kau melihat segala
perbuatan dosaku dari mana-mana, dan Kau berkata “ah, kamu nak, hobi banget
nyakitin hati-Ku. Seneng banget bikin perjanjian palsu yang kemudian dengan
mudahnya kamu ingkari sendiri. Gampang banget mempermainkan perasaan-Ku. Nanti
aja, kalo udah sakit hati, nangis-nangis terus, baru dateng ke Aku. Nyesel.
Minta maaf sampe sujud-sujud, tapi gak lama kemudian ngelakuin dosa lagi. Yang
itu-itu lagi. Bosan Aku.” Serius, aku pernah dan terkadang masih berpikir
seperti itu. Aku takut, Tuhan. Aku takut.
Hmm, kalau sekali lagi aku bertanya dan meminta, maukah Kau
menjawabnya? “Please, prove me that I’m not asking You for nothing.”
Maaf, Tuhan. Lagi-lagi, bukan maksud ku untuk menyalibkan-Mu
berulang kali. Maaf.